Monday, December 1, 2008

Rumus Matematika Untuk Kekayaan dan Kesuksesan

Ibarat matematika, kekayaan bisa juga dirumuskan, tak lepas dari keinginan, kepercayaan dan keberanian bertindak. Ingin kaya ataupun makmur? Siapa pun orangnya bakal me­nganggukkan kepala. Dan ternyata, rumusan menjadi kaya itu, tidak serumit dalam bayangan.

Semua bermula pada keinginan, tindakan dan kerja keras tanpa me­ngenal lelah untuk mewu­judkan keinginan tadi. Bukan ditentukan oleh mo­dal besar, pendidikan yang tinggi, apalagi mendapat rezeki nomplok dari langit.

Dan tulisan ini juga berhubungan dengan pikiran bawah sadar, silahkan baca lebih lanjut...



John C. Maxwell, pe­nulis best seller buku-buku pengembangan kepribadian, dalam sebuah surveinya menyatakan, 50 persen di­rektur utama dari perusa­haan yang terdaftar dalam Fortune 500 mendapatkan nilai C ketika kuliah. Lalu, 75 persen dari semua presi­den Amerika Serikat hanya mencapai peringkat mene­ngah ke bawah dalam ke­lasnya, dan lebih dari 50 persen jutawan tidak pernah selesai kuliah. Lagi-lagi, kunci resep mereka seperti dituturkan kepada Maxwell, yaitu semangat, sebuah kata yang tak pernah tergantikan dalam hidup mereka.

Nah, jika Anda punya keinginan yang kuat, bagai­mana resepnya mewujud­kan keinginan itu menjadi kekayaan? Napoleon Hill, dalam sebuah bukunya yang kondang, Berpikir dan Menjadi Kaya (Think & Grow Rich), punya enam resep yang mungkin bisa diterapkan.

Pertama, tetapkan da­lam pikiraii jumlah yang pasti mengenai uang yang diinginkan. Tidak hanya cukup menginginkan, melainkan pastikan jumlah yang di­inginkan. Kedua, pastikan dengan tepat apa yang akan diberikan sebagai ganti untuk uang yang diinginkan. Ketiga, tetapkan waktu yang pasti kapan uang ter­sebut dimiliki. Keempat, cip­takan rencana yang pasti untuk melaksanakan penca­paian keinginan itu, mulailah saat itu apakah Anda siap atau tidak untuk melaksana­kan rencana tersebut dalam tindakan.

Kelima, tulislah per­nyataan yang jelas dan ring­kas tentang jumlah uang yang ingin diperoleh. Sebutkan batas waktu untuk memperolehnya, nya­takan apa yang akan diberikan sebagai ganti uang itu, paparkan dengan jelas rencana untuk mengumpulkannya. Keenam, bacalah pernyataan tertulis Anda keras-keras dua kali sehari, satu kali sebelum tidur di malam hari, dan satu kali setelah bangun tidur di pagi hari. Sementara Anda membaca – lihat dan rasakan, serta yakinkan diri bahwa Anda sudah memiliki uang itu.

Pertanyaannya, kenapa mesti dibaca keras-keras? Kata Napoleon Hill, itu dalam rangka memberikan emosi dan perasaan, sehingga “me­merintahkan” pikiran bawah sadar untuk bertindak sesuai dengan keinginan tadi. Nah, pikiran bawah sadar itu, tidak bisa membedakan pemikiran yang positif dan negatif, tergantung pada rangsangan yang diterima. Bila sifatnya negatif, seperti rasa takut, maka orang tersebut diliputi keraguan. Tapi, bila berani dan yakin, kansnya menjadi orang kaya akan terbuka, lantaran tindakannya dilatari keyakinan.

Kepercayaan

Christina Gage dan Shelly Gore lain lagi. Kekayaan dirumuskan keduanya sebagai hasil dari keper­cayaan + iman + keberanian. Ketiganya merupakari kesatuan yang tak dapat dipisahkan. Cuma, persoalan yang pa­ling krusial adalah menumbuhkan kepercayaan diri, di tengah kuatnya belenggu keraguan. Itu, dinilai keduanya, bisa dicapai bukan dalam waktu sesaat. Melainkan secara konsisten, sehingga merasakan adan ya kekuatan dari dalam. Pengetahuan praktis yang diperoleh, dapat juga menumbuhkan kepercayaan pada impian. Lalu, secara perlahan-lahan, tid.ak akan berhenti berencana untuk mencapai tujuan. Jadi, kepercayaan merupakan fondasi mendasar dalam membangun tujuan (kekayaan).

Nah, bila kepercayaan itu meng­kristal (iman), maka tindakan harus diambil. Di sini, ingatlah sebuah pepatah yang menyebutkan, sebuah perjalanan bermil-mil diawali dengan satu ayunan langkah kaki. Tapi, tidak dinafikan, terkadan g langkah pertama itulah yang paling sulit. Sebaliknya, bila ayunan langkah sudah dimulai, lang­kah-langkah berikutnya bakal mudah. Tak hanya itu. lman yang kuat, juga dapat menghalau pelbagai rintangan dalam setiap langkah tindakan. Iman dapat menghantarkan Anda mencapai tujuan, walaupun harus mendaki pe­gunungan dan menyeberangi sa­rnudera yang luas. Tanpa iman yang kuat, sulitlah sebuah tindakan dapat dilakukan. Maka, satu-satunya, per­teballah iman itu dengan menambah pengetahuan, baik lewat informasi, membaca buku, dan bertanya pada mereka yang lebih berpengalaman.

Tentu saja, setiap langkah yang ditempuh, tidak akan berjalan mulus. Pelbagai rintangan menyembul ke permukaan. Ada dua hal respon yang muncul terhadap rintangan, sekaligus membedakan seorang pemenang atau pecundang. Pemenang berani meng­hadapi rintangan sampai melam­pauinya. Mereka tetap bertahan untuk mewujudkan impiannya. Sedangkan pecundang, berusaha menghindari rintangan tersebut.

Sedikit ilmiah, rumusan yang diberikan oleh Paul Zane Pilzer, yang rada-rada mirip dengan matematika, yaitu K (kemakmuran) = Sf (sumber­sumber fisik) x T (teknologi). Rumusan ini bukan hanya menjelaskan kemakmuran sebuah negara, juga menunjukkan perbedaan kemakmuran yang dihasilkan sebuah bisnis yang fokus kepada sumber fisik maupun teknologi.

Menurutnya, rumus kemakmu-­ran itu menjadi nyata, karena T terus ‘berkembang merubah kehidupan manusia. Bila tanpa T, manusia akan tetap berada di zaman batu, hanya menyisihkan sedikit peluang. Ma­kanya, dalam sejarah manusia, pen­caharian terhadap Sf dilakukan lewat peperangan dan penaklukan, yang dikenal dengan istilah penjajahan. Tapi, dalam era global saat ini, di mana Hak Asasi Manusia (HAM) menjadi ideologi yang universal, cara-cara tersebut tidak lazim digunakan.

Sf sendiri, dalam konteks bisnis yang berbasis rumah, adalah Anda sendiri. Di sini Sf dapat dioptimalkan dengan jumlah jam dan aktivitas yang Anda berikan dalam bisnis tersebut, seperti berapa banyak produk yang dijual.

Sementara T, identik dengan. keahlian yang Anda hadirkan di bisnis tersebut. Bahkan, eksitensi T menem­patkan industri penjualan langsung “terpisah” dari pelbagai peluang bisnis lainnya. Maklumlah, T di sini meru­pakan skill yang dimiliki, kecakapan berbicara di depan umum, leadership, melakukan pendekatan kepada prospek, teknik-teknik komunikasi, mendidik dan melatih orang.

Ujung-ujungnya, rumusan ke­kayaan yang digulirkan di atas, teramu dalam buku Napoleon Hill yang berjudul Berpikir dan Menjadi Kaya. Menurutnya, semua prestasi; semua kekayaan yang diperoleh, bermula dari sebuah gagasan. Lalu, gagasan yang semula abstrak itu, bisa dikonkritkan lewat 13 buah prinsip yang dapat diaplikasikan. Ke-13 prinsip itu meliputi: keinginan, keyakinan, sugesti pribadi, pengetahuan khusus, imajinasi, rencana tersusun, keputusan, ke­tekunan, kekuatan para ahli pikir, rahasia transmutasi seks, pikiran bawah sadar, otak dan indera keenam.

Bertindak Tepat

Ke-13 prinsip itu bisa optimal, seperti dikatakan Wallace D. Wattles, dalam bukunya yang sangat klasik itu, The Science of Getting Rich, asalkan bertindak di jalan yang tepat dan benar. Dan ini tidak ada kaitannya dengan lingkungan, bakat, ataupun kemam­puan lebih yang tidak dimiliki orang lain. Sebab, faktanya banyak orang yang berbakat dan memiliki kemam­puan, ternyata hidupnya tetap dibelit kemiskinan. Sebaliknya, mereka yang tidak memiliki keistimewaan tertentu, bahkan dalam beberapa hal rata-rata, malah mampu rnenjadi jutawan.

Cuma pertanyaannya; apakah sesuatu melakukan di jalan yang tepat dan benar itu begitu sulit, sehingga hanya sedikit orang yang bisa melakukannya? Jawabnya tidak sulit, asalkan kernampuan alamiah dapat dirnanfaatkan dengan optimal, misal membaca, mendengarkan, melihat dan sebagainya. Dengan begitu, siapa pun orangnya bisa menjadi kaya, entah itu pintar, bodoh, berbadan sehat, menga­lami cacat fisik dan lainnya.

Sebagai bukti, Alan Loy McGinnis, dalam sebuah tulisannya, membeber rahasia keberhasilan me­reka yang kualitasnya rata-rata, tapi bisa unggul dalam kehidupan. Ter­nyata, ada beberapa resep yang mem­buat mereka berhasil. Pertama, me­miliki disiplin pribadi yang kuat: mau menunda kesenangan sampai berhasil. Ini dibuktikan dalam sebuah perjalanan hidup 268 mahasiswa, yang kini lanjut usia. Hasilnya menyebutkan, prestasi di sekolah hanya sedikit pengaruhnya terhadap kecakapan bekerja. Kualitas seperti “teguh dan bisa diandalkan”, serta “praktis dan terorganisir” lebih penting. Ditambah lagi, seperti dikatakan Dr. George E. Vaillant, psikiater yang memimpin penelitian itu, kebiasaan mental yang disebutnya “kemampuan menunda, tetapi tidak melepaskan rasa puas”.

Kedua, selalu menambah penge­tahuan, mau belajar. Mereka tidak mengejar jabatan puncak, seperti yang dilakukan oleh “bintang kelas” yang ingin karirnya cepat menanjak. Ketiga, selalu mengembangkan keahlian khusus. Keempat, bangkit dari keka­lahan dan kegagalan, seperti yang dilakukan oleh Abraham Lincoln, Presiden Amerika yang terkenal dengan anti perbudakan. Padahal, penampilannya tidak menonjol dan berasal dari keluarga miskin. Tapi, dia mernbuktikan orang yang kualitas rata-rata bisa juga rnenonjol dan sukses dalam kehidupan.

Jadi ? Abraham Lincoln memberi­kan perumpamaan yang bisa me­mompa motivasi Anda merubah hidup. Katanya, “Tuhan pasti mencintai orang biasa. Sebab, Dia rnenciptakan mereka (orang biasa, red) begitu banyak.”

1 comment:

  1. bagus sekali tulisannya ,sayang kata2 tertentu tdk bs di copy.tks bye

    ReplyDelete

 

Tentang Blog Ini

Blog ini adalah tempat untuk menyimpan apapun yang menarik, yang sempet terlihat oleh mata di internet.

Jangan lupa lihat tahun postingan karena bisa saja tips yang dikasih disini sudah ngga revelan.
Return to top of page Copyright © 2007 - 2012