PRAYING IS LISTENING
Menarik bila kita mengamati Metode yang digunakan para pemburu menangkap monyet di hutan Afrika. Para pemburu menggunakan cara yang amat manusiawi, dengan menggunakan Botol besar dengan leher yang sempit sebagai perangkap, umpannya berupa kacang-kacangan dan buah-buahan dengan warna dan aroma yang menarik. Umpannya diletakkan di dalam botol dengan tujuan agar monyet dapat ditangkap hidup-hidup tanpa terluka. Pagi hari botol-botol tersebut diletakkan di dalam hutan, lalu esoknya para pemburu datang untuk mengecek monyet yang tertangkap.
Para monyet yang tertarik dengan aroma dan warna umpan akan mendatangi botol perangkap, mereka lalu coba meraih kacang atau buah tersebut dengan memasukkan tangannya ke dalam botol.
Hasilnya mereka tidak bisa menarik tangannya keluar botol selama tangannya masih menggenggam kacang atau buah. Mereka juga tidak mampu untuk membawa lari botol itu karena berat.
Barangkali kita akan mentertawakan betapa tololnya monyet-monyet itu. Padahal tanpa sadar kita sering berperilaku seperti mereka, memegang erat-erat problem hidup yang kita hadapi. Ibaratnya menenteng-nenteng “botol problem” kemana-mana.
Artinya, kita membiarkan diri kita terperangkap dalam botol problem itu, mengasihani diri seolah merasa sebagai manusia yang paling menderita, paling sengsara, paling tidak beruntung, paling miskin, dan sebagainya. Ke sana kemari pasang muka memelas, meminta belas kasihan dari orang lain. Berdoa siang malam memohon pertolongan-NYA.
Padahal kita tahu dan sadar, TUHAN tidak akan memberi beban yang tidak bisa kita tanggung.
PRAYING IS LISTENING
Bukan melulu berdoa meminta agar sesuatu menjadi baik, tetapi melihat sesuatu dengan sebaik-baiknya. Mengamati sesuatu dari tempat yang tinggi, agar kita mampu melihat “lebih dari sekedar yang tampak”. Dengan begitu kita akan bisa menemukan jalan keluar, tidak perlu harus terperangkap dengan tangan di dalam botol.
Dengan begitu kita akan bisa selalu bersyukur.
@seventhsign
No comments:
Post a Comment